JATIMTIMES - Memahami penyakit tidak cukup dari gejala. Akar persoalannya justru tersembunyi pada level paling dasar kehidupan: gen dan protein. Perspektif inilah yang diperkenalkan kepada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang melalui pendalaman ilmiah biologi molekuler yang digelar belum lama ini di ruang multimedia lantai 3 sekolah tersebut.
Dalam sesi pembelajaran yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari, siswa diajak menelusuri bagaimana informasi genetik diterjemahkan menjadi protein serta bagaimana kesalahan kecil dalam proses tersebut dapat memicu gangguan biologis dan penyakit. Materi disampaikan oleh Tim MOLECUReBIO dari Rumpun Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dengan pemateri utama Mochammad Ichsan SSi MPd MEng bersama enam mahasiswa pengembang media pembelajaran biologi molekuler.
Baca Juga : Menelisik Jejak Pangeran Purbaya: Dari Perang Batavia hingga Gegodog 1676
Alih-alih menekankan teori semata, pembelajaran dirancang berbasis analisis dan pemecahan masalah. Empat media pembelajaran berbasis learning management system (LMS) digunakan untuk membedah alur informasi genetik, proses transkripsi dan translasi, hingga keterkaitannya dengan mekanisme penyakit. Siswa juga diperkenalkan pada aplikasi bioinformatika sebagai alat bantu membaca data biologis dan memahami strategi penanganan penyakit secara ilmiah.
Kegiatan ini diikuti oleh 31 siswa yang tergabung dalam kelompok OSN Biologi dan Riset Biologi. Proses belajar berlangsung dinamis melalui praktik langsung, diskusi terbimbing, serta analisis kasus yang disusun menyerupai karakter soal Olimpiade Sains Nasional (OSN) Biologi dan kebutuhan riset dasar. Pendekatan ini mendorong siswa untuk menghubungkan konsep molekuler dengan fenomena biologis nyata.
Koordinator Bidang Akademik MAN 2 Kota Malang Dra Wulaida Zuhriyah menilai pendalaman materi semacam ini krusial untuk membentuk cara berpikir ilmiah siswa. “Materi biologi molekuler dan bioinformatika sangat penting karena melatih siswa memahami proses biologis secara runtut dan logis, sekaligus mengasah kemampuan berpikir kritis dan penalaran ilmiah,” ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan Kepala MAN 2 Kota Malang Dr Samsudin MPd. Ia menekankan bahwa pembelajaran sains perlu bergerak ke arah yang lebih aplikatif dan relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. “Kolaborasi pembelajaran seperti ini menjadi langkah strategis agar siswa tidak hanya memahami teori, tetapi mampu melihat keterkaitannya dengan persoalan nyata di bidang kesehatan dan riset,” jelasnya.
Baca Juga : Perubahan Alur Parkir Alun-alun Kota Batu Masih Bikin Wisatawan Bingung
Melalui pendalaman ini, siswa tidak sekadar mempelajari biologi molekuler sebagai konsep abstrak, tetapi mulai membaca tubuh manusia sebagai sistem yang bekerja melalui kode genetik. Sebuah fondasi penting bagi mereka yang ingin melangkah lebih jauh di dunia riset, kedokteran, maupun kompetisi sains tingkat lanjut.
