JATIMTIMES – Aksi seorang pria asal London bernama Muscab Salad mendadak viral di media sosial setelah ia melakukan hal tak biasa demi menghemat uang. Alih-alih membayar tarif potong rambut mahal di kotanya, Muscab justru memilih terbang ke luar negeri, tepatnya ke Maroko, hanya untuk mencukur rambut.
Hal tersebut dibagikannya lewat unggahan videonya di TikTok. “Apakah mungkin untuk terbang ke Maroko dan mendapatkan potongan rambut lebih murah daripada potongan rambut di London?” tulis Muscab Salad.
Baca Juga : Gagal Eligible di Magang Nasional Batch 2? Begini Cara Perbaiki NIK dan Data PDDikti
Dalam unggahan video itu, Muscab menceritakan bahwa harga potong rambut di London kini bisa mencapai 35 Euro atau sekitar Rp 700 ribu. Menurut dia, angka itu terlalu tinggi untuk sekadar memangkas rambut. Dari situlah ide nyelenehnya muncul.
Ia menemukan tiket penerbangan murah menuju Maroko seharga £15 sekitar Rp 300 ribu. Dengan rasa penasaran, ia memutuskan untuk membuktikan bahwa bepergian ke luar negeri bisa menjadi alternatif yang lebih hemat daripada potong rambut di Inggris. Jarak Inggris ke Maroko itu sekitar 3.000 kilometer.
Sesampainya di Maroko, Muscab langsung masuk ke barbershop pertama yang ia temui. Di sana, ia hanya perlu membayar £8 (lsekitar Rp160 ribu untuk potong rambut.
Meski awalnya sempat ragu, hasil cukuran tersebut justru membuatnya puas. Tak hanya itu, ia juga menginap di hostel nyaman dengan tarif £10 (lsekitar Rp 200 ribu.
Jika dihitung total, seluruh pengeluaran perjalanan Muscab hanya sekitar £33 sekitar Rp 637 ribu. Jumlah ini masih lebih murah dibanding harga potong rambut di London.
Baca Juga : Kampanye TOSS TB Serentak, Dinkes Kota Malang Gencarkan Eliminasi Tuberkulosis 2030
“Aku benar-benar tak menyangka, bahkan dengan biaya penerbangan dan penginapan, totalnya tetap lebih murah daripada potong rambut di rumah,” ujarnya dalam video yang kini telah ditonton jutaan kali.
Aksi unik Muscab pun menuai beragam reaksi dari warganet. Sebagian menganggap tindakannya cerdas dan lucu. Sementara yang lain menilai itu sebagai bentuk sindiran terhadap tingginya biaya hidup di Inggris.
