free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Bukan Sekadar Perasaan, Ini Alasan Ilmiah Mengapa Rindu Terlalu Lama Bisa Bikin Sakit

Penulis : Mutmainah J - Editor : Dede Nana

23 - Oct - 2025, 09:34

Placeholder
Ilustrasi seseorang menahan rindu. (Foto: Pixabay)

JATIMTIMES - Rasa rindu sering dianggap hal yang romantis, bahkan banyak yang menganggapnya sebagai tanda cinta sejati. Namun di balik perasaan yang tampak manis itu, ternyata ada sisi lain yang perlu diwaspadai. Rindu yang terlalu lama dan mendalam justru bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Penelitian dari Yerkes National Primate Research Center, Emory University, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa perpisahan dari pasangan dapat memicu reaksi biologis kompleks dalam tubuh, yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Rasa kehilangan dan kerinduan bukan hanya muncul di hati, tetapi juga di sistem saraf dan hormon yang mengatur emosi manusia.

Baca Juga : Cara Bangkit dari Lelah Mental: Awali Pagi dengan Pikiran Positif

Dalam penelitian tersebut, ilmuwan menggunakan hewan jenis prairie vole — sejenis tikus padang rumput monogami yang dikenal setia pada satu pasangan. Hewan ini memiliki sistem ikatan emosional yang kuat, mirip dengan manusia dalam konteks hubungan romantis.

Para peneliti memisahkan pejantan dari pasangannya untuk mengamati respons biologis dan perilaku yang muncul. Hasilnya mengejutkan: tikus jantan yang dipisahkan menunjukkan perilaku menyerupai depresi — menjadi pasif, kehilangan minat terhadap aktivitas, dan mengalami perubahan signifikan pada kadar hormon oksitosin dan vasopresin.

Kedua hormon ini berperan penting dalam membangun rasa cinta, keintiman, dan kelekatan emosional. Ketika ikatan ini terganggu, tubuh bereaksi dengan memunculkan stres dan perubahan kimia otak yang serupa dengan orang yang mengalami kecanduan dan kehilangan sumber dopamin.

Dengan kata lain, rindu yang terlalu dalam bisa “mengaktifkan” area otak yang sama seperti saat seseorang mengalami ketagihan atau withdrawal dari zat tertentu. Inilah alasan mengapa kerinduan yang berlarut bisa membuat seseorang merasa gelisah, sulit tidur, kehilangan selera makan, bahkan menurunkan daya tahan tubuh.

Rindu dalam Perspektif Kesehatan Mental

Walau penelitian ini dilakukan pada hewan, para ahli meyakini hasilnya relevan untuk manusia. Menurut berbagai studi lanjutan dalam bidang psikologi dan neurosains, rasa kehilangan atau rindu berat terhadap pasangan, keluarga, maupun orang terdekat dapat memicu stres emosional kronis.

Stres semacam ini menimbulkan ketidakseimbangan pada hormon kortisol — hormon stres utama dalam tubuh. Jika kadar kortisol meningkat terus-menerus, seseorang berisiko mengalami gangguan tidur, penurunan imunitas, kelelahan emosional, dan masalah jantung.

Tak hanya itu, kerinduan yang tak tersalurkan juga bisa berujung pada gejala psikosomatik, yaitu kondisi ketika stres emosional menimbulkan keluhan fisik seperti sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan.

Psikolog klinis menjelaskan bahwa rindu sejatinya adalah mekanisme alami otak dalam mempertahankan ikatan emosional, namun bila tidak diimbangi dengan cara coping yang sehat, perasaan ini bisa berubah menjadi tekanan psikologis.

Rindu Bukan Sekadar Emosi, Tapi Proses Biologis yang Nyata

Banyak orang mengira rindu hanya sekadar emosi, padahal tubuh manusia ikut “terlibat” secara aktif dalam proses tersebut. Ketika seseorang merindukan orang lain, sistem limbik otak — bagian yang mengatur emosi — akan meningkatkan aktivitas di area hipotalamus dan amigdala. Area ini berperan dalam mengatur stres, gairah, dan ikatan sosial.

Kondisi itu membuat tubuh melepaskan berbagai hormon seperti dopamin (hormon kebahagiaan) dan kortisol (hormon stres) secara bersamaan. Ketidakseimbangan keduanya dapat menciptakan sensasi campuran antara rindu, cemas, dan sedih.

Itulah sebabnya, banyak orang yang sedang merindu merasa mudah menangis, sulit fokus, atau cepat lelah secara emosional. Jika situasi ini berlangsung lama tanpa solusi, maka efek biologisnya akan semakin terasa pada kesehatan fisik dan mental.

Dampak Rindu Terlalu Lama pada Tubuh dan Pikiran

Beberapa dampak nyata yang bisa muncul akibat kerinduan berkepanjangan antara lain:

1. Gangguan tidur (insomnia) – karena otak sulit rileks akibat peningkatan hormon stres.

2. Menurunnya sistem imun – stres emosional bisa menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi.

Baca Juga : Meriahkan Hari Jadi ke-74 Humas Polri, Polres Tulungagung Gelar Donor Darah

3. Penurunan nafsu makan – muncul akibat ketidakseimbangan hormon serotonin dan dopamin.

4. Kesulitan konsentrasi dan produktivitas menurun – otak terus memproses kenangan emosional.

5. Mood swing – perasaan cepat berubah dari sedih, marah, hingga lelah emosional.

Cara Sehat Kelola Rindu

Kerinduan adalah hal manusiawi dan tak bisa dihindari, namun ada beberapa langkah sederhana yang bisa membantu menyalurkannya dengan cara sehat:

1. Tetap terhubung secara positif. Gunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan orang yang dirindukan, seperti video call, pesan, atau menulis surat pribadi.

2. Alihkan energi ke hal produktif. Olahraga, membaca, menulis, atau menyalurkan hobi bisa membantu menjaga keseimbangan hormon dopamin dan serotonin.

3. Jaga rutinitas harian. Pola hidup teratur membantu tubuh beradaptasi dengan stres emosional.

4. Meditasi dan refleksi diri. Teknik pernapasan dan mindfulness dapat membantu menenangkan pikiran.

5. Berbagi cerita dengan orang lain. Dukungan sosial terbukti menjadi peredam stres paling efektif.

Rindu yang terlalu lama ternyata bukan hanya perkara hati, melainkan proses biologis yang nyata dan kompleks. Tubuh, pikiran, dan emosi bekerja bersama-sama saat seseorang merasa kehilangan atau berjauhan dengan orang yang dicintai.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kerinduan yang berlarut bisa memicu stres, gangguan hormon, bahkan menurunkan daya tahan tubuh. Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda ketika rindu mulai memengaruhi kesejahteraan diri, dan segera mencari cara untuk menyalurkannya secara sehat.

Pada akhirnya, rindu adalah bukti bahwa cinta masih hidup, tapi cinta juga butuh ruang untuk tumbuh tanpa menyakiti diri sendiri. Jaga keseimbangan antara perasaan dan kesehatan, karena mencintai dengan bijak berarti juga menjaga diri agar tetap bahagia dan sehat.


Topik

Serba Serbi rindu kesehatan mental cara sehat kelola rindu



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Lumajang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Dede Nana