JEMBERTIMES - Pabrik Gula (PG) Semboro dalam beberapa minggu ini sudah memulai musim giling tebu tahun 2021, namun masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik dengan radius hingga 1 km, musim giling pertanda petaka baginya.
Bagaimana tidak, debu yang dikeluarkan dari cerobong pabrik, mengganggu aktivitas warga, banyak warga yang mengeluhkan adanya debu pabrik yang selalu berterbangan saat musim giling tiba, hal ini diakui oleh Fauzi warga Dusun Semboro Lor Desa Semboro.
Baca Juga : Dampak Vaksinasi, Stok Darah di Kabupaten Lumajang Menipis
“Ya sudah biasa mas, setiap musim giling debu selalu berterbangan, memang tahun ini tidak separah tahun lalu, tapi tetap kalau mau jemur pakaian ya harus di tempat yang terlindung dari debu, biar tidak sia-sia,” ujar Fauzi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Pendik, warga yang tinggal di Dusun Semboro Kidul. Menurut pria yang sehari-hari berprofesi sebagai guru, abu pabrik di sekitar rumahnya akan terus berterbangan sampai giling tebu selesai, dan hal seperti ini sudah terjadi setiap tahunnya.
“Ya mau gimana lagi mas, banyak warga mengeluh tapi ya begini ini, sehari nyapu lantai bisa 6 kali, sehingga kami harus menutup pintu rumah agar abu tidak masuk ke dalam rumah,” ujar Pendik.
Abu dari cerobong pabrik, tidak hanya dikeluhkan warga yang tinggal di Desa Semboro, beberapa warga di desa Sidomekar yang juga berdekatan dengan pabrik juga mengeluhkan hal yang sama. Bahkan banyak pengendara yang merasa terganggu saat melintas di wilayah Semboro.
“Kalau debu banyak apa tidak, ya tergantung angin mas, tapi kalau di jalan, ya harus pakai kacamata dan masker, kalau tidak bisa klilipen,” ujarnya.
Baca Juga : Vaksinasi Pelayan Publik Dibuka di RS Bhayangkara Kota Batu, Targetnya Sehari 100 Orang
Antoni Kepala Desa Semboro saat dikonfirmasi media ini membenarkan polusi dari abu yang ditimbulkan oleh PG Semboro saat musim giling. Bahkan masyarakat sampai bosan mengeluh adanya abu dari pabrik ini.
“Kalau soal abu dari PG Semboro, masyarakat sampai bosan mas, ini beberapa perwakilan warga malah berencana membuat petisi, sedangkan kami dari pihak desa, pada tahun lalu sudah berupaya mengajikan CSR (Corporite Social Responsibility,red) tapi belum ada tanggapan, dan hanya dijanjikan tanpa ada realisasi,” ujar Antoni.
Sementara Humas PG Semboro Yudho Rahadityo Utomo, saat diminta untuk dikonfirmasi melalui pesan whatsapp, belum memberikan respon, begitu juga saat dihubungi melalui sambunga telepon, meski bernada dering namun telpon dari media ini tidak diangkat. (*)